Bismillah

Bismillah
AWAL PERMULAAN YANG BAIK

Rabu, 12 Juni 2013

Mempersiapkan Ramadhan



Ketika kita tahu kita untuk menghadiri pernikahan, kita mulai merencanakan dan mempersiapkan dari hari dan bahkan berminggu-minggu di muka. Kami membayar banyak perhatian terhadap detail sehingga kita tiba untuk fungsi tepat waktu, yang berpakaian rapi dengan sepatu bersih / baru, telah mengorganisir tempat tinggal, makan hati-hati agar tidak merusak kami pakaiandan sebagainya. Dalam cara yang sama kita mempersiapkan dan merencanakan untuk acara penting lainnya, fungsi, wawancara dll
Namun, ketika datang untuk mendekati tugas / kewajiban Islam kita kita melakukannya sedikit di muka, terutama untuk Ramadhan. Untuk beberapa alasan kita merasa kita bisa pindah dan menjadi kepribadian yang saleh besar semalam. Bahkan, sementara ini dapat bekerja jangka pendek, dalam jangka panjang Anda akan lebih mungkin 'terbakar' dan kembali ke diri mantan Anda atau dalam kondisi yang lebih buruk. Apakah tidak benar afterall bahwa di tengah Ramadhan bulan Masjid ruang selama Tarawih pada kapasitas setengah apa yang mereka berada di beberapa hari pertama?
Oleh karena itu jauh lebih baik kita mempersiapkan dan merencanakan kegiatan deeni kami, seperti yang kita lakukan untuk orang-orang dunia dan insya Allah dengan cara ini kita dapat membuat sebagian besar bulan penuh berkah Ramadhan dan tetap konsisten pada a'maal kita mengadopsi.
Anyway, dengan Ramadhan karena segera dimulai saya pikir itu akan baik untuk membuat daftar hal-hal di persiapan untuk Ramadhan. Silakan tinggalkan komentar dan saran juga, melalui komentar di bawah ini.
  • Peningkatan pembacaan AlQuran tersebut. Jika memungkinkan, menyelesaikan minimal 1 bagian untuk setiap hari sehingga membuat 1 resital lengkap seluruh Al-Qur'an selama bulan Ramadhan.
  • Coba dan melakukan 4 Rakah (unit) dari tahajud sebelum mengambil bagian dalam sahur .
  • Belajar, atau banyak duas kenabian dalam bahasa Arab.
  • Sebanyak satu dapat menjaga Allah dalam hati Anda dengan berdzikir misalnya: La ilaaha illallah, Allahu akbar-, Subhan-Allah, Alhumdulillah dll
  • Mencurahkan lebih ketulusan dan konsentrasi dalam doa kita sehari-hari yang ada.
  • Coba dan memanfaatkan bulan untuk berhenti merokok.
  • Untuk lebih busuk mulut di antara kita, cobalah untuk menahan diri dari sumpah seluruh bulan. Teman dapat membantu di sini dengan ringan memukul atau lembut mengingatkan / nya temannya setiap kali mereka bersumpah bahwa mereka tidak harus melakukannya. (Harap dicatat, saya tidak bertanggung jawab untuk setiap anggota tubuh yang mungkin rusak dari saran di atas!)
Permintaan kecil saya membuat adalah bahwa jika seorang saudara atau saudari menjadi lebih religius hanya untuk bulan Ramadhan, maka daripada menembak mulut kita off, mengatakan ia / dia adalah munafik dan hanya untuk Ramadhan dll, kenapa tidak kita berikan kata-kata lembut dorongan sehingga mereka mungkin akan terus kebajikan mereka bahkan setelah bulan Ramadhan. Mengapa kami harus begitu berarti untuk mengejek mereka tentang apa yang kita PIKIRKAN hanya sementara pada bagian mereka?
Jika kita mundur sejenak dan menyadari bahwa ini adalah Ramadhan terakhir kita akan melihat dalam hidup kita, bagaimana kita akan menghabiskan itu?Berapa banyak Muslim yang Anda tahu yang tidak sekitar tahun ini untuk melihat Ramadhan?
Kematian kita tahu bisa datang kepada kami setiap saat, namun kita masih tetap begitu bodoh dari berkat waktu sekarang diberikan kepada kita untuk dimanfaatkan oleh Allah SWT.
Saya berdoa Allah memberikan, pertama-tama saya, dan semua Muslim kemampuan untuk memanfaatkan bulan Ramadhan dan menjaga diri dari hukuman akhirat, Ameen.
oleh Bruder Ahmed

Minggu, 09 Juni 2013

Rabiah Adawiyah (oleh Ghufranaka Aldrien (Catatan) pada 9 Agustus 2012 pukul 15:50)

Rabiah Adawiyah oleh Ghufranaka Aldrien (Catatan) pada 9 Agustus 2012 pukul 15:50 Rabiah Al-Adawiyah, sebuah nama yang tak cukup sulit untuk diucapkan dan diingat namun namanya dikenang dan terkadang menjadi inspirator bagi kaum sufistik baik laki-laki maupun perempuan. Meskipun dia adalah seorang perempuan namun derajat kedekatannya kepada Allah mampu mengalahkan kaum adam dan “namanya”pun disejajarkan dengan para Auliya’ yang lain seperti Syeikh Abdul Qadir Jailani ataupun Syeikh Abi Hasan Ali Sadili (radliyallahu ‘anhum). Bahkan dalam kisahnya (di film yang saya lihat) Rabiah dapat lebih mencintai Allah melebihi guru spiritualnya yang bernama Syeikh Suban. Profil dari Rabiah Al-Adawiyah adalah dia seorang gadis cantik yang dianggap sebagai budak lantaran hidupnya yang sebatang kara (yatim piatu) sejak kecil. Pada mulanya Rabiah juga sama seperti manusia atau perempuan lainnya, dia memimpikan suatu saat mempunyai harta dan tentunya perhiasan emas selalu ada di sekitarnya. Begitu inginnya memiliki harta melimpah ruah namun melihat keadaan yang nyata atas dirinya sendiri Rabiah hanya bisa membayangkan dalam angan-angan saja. Makanan yang sedikit dia bayangkan sebagai makanan yang sangat nikmat layaknya sajian dalam istana. Begitu juga ketika dia tidur di atas bebatuan maka yang dia bayangkan adalah sedang tidur di atas tumpukan batangan emas yang banyak. Suatu ketika dia terbangun dari kasur keras yang terdiri dari tumpukan bebatuan, dia ingin kembali ke bibinya Kurd yang mengasuhnya dari kecil. Sebelum sampai di rumah, dia melintas di dekat segerombolan para pemuda yang ternyata adalah gerombolan para perampok. Secara sembunyi-sembunyi Rabiah mendengarkan rencana berbahaya yang akan dilakukan para permpok tersebut yang ingin menghadang saudagar kaya dari Basrah yang bernama Ishomuddin. Setelah para perampok tersebut membulatkan tekadnya untuk menghadang Ishomuddin, mereka pun bergegas menuju tempat yang akan dilewati oleh Ishomuddin. Namun secara diam-diam ternyata Rabiah membuntuti para perampok itu dengan niat ingin menyelamatkan Ishomuddin. Beberapa saat kemudian benar adanya. Terlihat dari kejauhan Ishomuddin menunggang kudanya akan melewati jalan yang telah dipenuhi segerombolan perampok. Salah seorang perampok bersiap-siap di atas pohon kurma dan membawa sebalok kayu untuk dilemparkan kepada Ishomuddin agar celaka dan terjatuh dari kudanya. Namun sebelum balok kayu tersebut dilemparkan kepada Ishomuddin yang sudah dekat dengan jalan tersebut maka Rabiah muncul dan beteriak kepada Ishomuddin memberikan peringatan untuk berhenti dan selamatlah Ishomuddin, kayu balok hanya jatuh tepat dihadapannya saja tanpa mengenai sedikitpun tubuhnya atau kudanya. Dengan segera Ishomuddin turun dari kudanya dan mencabut cemeti yang selalu dibawanya dan mencambuk beberapa perampok yang akhirnya lari ketakutan. Peristiwa ini kemudian menjadi awal perkenalan Rabiah dengan Ishomuddin. Sejenak memandang wajah Ishomuddin Rabiah hatinya terpikat apalagi Ishomuddin terkenal sebagai saudagar kaya dari Basrah dan berwajah tampan. Ishomuddin lantas berterima kasih kepada Rabiah yang telah menyelamatkan nyawanya dan memberikan Rabiah sekantong uang serta meminta kepada Rabiah suatu saat agar menemuinya di Basrah. Begitu pulang ke rumah, Rabiah merasakan hatinya sedang bahagia bukan hanya karena mendapatkan sekantong uang tetapi dia juga telah jatuh hati terhadap saudagar tampan itu dan akhirnyapun Rabiah merencanakan untuk pergi ke Basrah menemui Ishomuddin dan berharap akan diberi pekerjaan untuknya. Keesokan harinya, Rabiah benar-benar melaksanakan niatnya untuk pergi ke Basrah menemui Ishomuddin sambil membawa sekantong uang yang diberikan oleh Ishomuddin kepada Rabiah. Di tengah jalan ternyata tidak disangka-sangka ada beberapa pemuda yang ternyata dari gerombolan perampok yang gagal menghadang Ishomuddin melihat Rabiah sedang jalan sendiri menuju Basrah dengan membawa sekantong uang. Pikiran busuk pemuda tersebut akhirnya muncul ingin merebut uang yang dibawa Rabiah dan juga ingin menyekap Rabiah untuk dijual kepada para saudagar di Baghdad. Dengan cepat akhirnya para pemuda itu berhasil merebut uang yang dibawa Rabiah tapi gagal menyekap Rabiah karena dia lari dengan cepat ingin menyelamatkan diri dan pemuda perampok itupun terus mengejarnya. Sesampai di suatu tempat, Rabiah melihat sebuah rumah kecil dan dia lantas masuk begitu saja ke dalam rumah itu yang ternyata adalah rumah Syeikh Suban dan Rabiah menceritakan keadaan yang sedang dialaminya kepada Syeikh Suban bahwa sedang dikejar oleh perampok dan pada saat itu pula ternyata para pemuda perampok itu sedang ada di depan rumah Syeikh Suban. Rabiah sangat ketakutan dan meminta tolong kepada Syeikh Suban agar mau melindunginya. Syeikh Suban akhirnya keluar rumahnya dan bertanya kepada para pemuda itu apa yang sedang dicarinya. Melihat Syeikh Suban bertanya, para pemuda itu akhirnya mengurungkan niatnya mengejar Rabiah dan mengatakan kepada Syeikh Suban bahwa tidak ada apa-apa. Rabiah akhirnya lega dan mengucapkan terima kasih kepada Syeikh Suban. Ini adalah pertemuan pertama antara Rabiah dengan Syeikh Suban. Sebelum Rabiah meninggalkan rumah Syeikh Suban dan kembali menuju Basrah, Syeikh berpesan kepda Rabiah. Isi pesan itu adalah mengingatkan kepada Rabiah agar selalu mengingat Allah, dengan senantiasa mengingat Allah maka Allah akan melindunginya dan ketika bertobat hanyalah kepada Allah tempat kembali. Setelah mendengarkan pesan dari Syeikh Suban Rabiah lalu meninggalkan rumah Syeikh Suban dan kembali melanjutkan perjalanan ke Basrah. Rabiah berterima kasih kepada Syekh Suban yang menyelamatkan dirinya, dan segera iapun melanjutkan perjalanannya ke Basrah dengan segera ia berangkat dengan bekal semangat dan senang karena terbebas dari pemuda yang mengejarnya. Akhirnya sampai juga Rabiah di Basrah. Ketika ada di Basrah begitu takjub hatinya melihat keadaan di sana. Tapi hal itu wajar karena Rabiah berasal dari desa terpencil yang jarang sekali dan jauh dari keramaian. Apalagi melihat banyak pedagang pakaian ataupun makanan yang tidak pernah dijumpainya ketika di desanya. Disaat menikmati keramaian kota Basrah tak disadari oleh Rabiah dia telah diawasi seorang makelar Budak sepasang suami istri. Suami istri tersebut memperhatikan gerak-geriknya dan mengikutinya kemanapun Rabiah pergi. Beberapa saat kemudian sang suami memutuskan untuk mendekati dan mencoba membujuk Rabiah agar mau mengikutinya dengan berpura-pura akan menjadikannya anak padahal orang itu berniat akan menjadikannya budak dan dijual kepada saudagar di Basrah sehingga dapat ganti uang yang banyak. Rabiah menolaknya dan tidak menghiraukannya serta pergi meninggalkannya. Selamatlah Rabiah dari orang tersebut. Sesaat setelah menolak bujuk rayu orang tadi, Rabiah dari kejauhan melihat orang menjadi idamannya yakni Ishomuddin sedang menunggang kuda menujua sebuah tempat. Begitu inginnya Rabiah menemui Ishomuddin, ia pun akhirnya mengejarnya. Namun sayangnya sebelum berjumpa dengan Ishomuddin dengan tidak disangka-sangka dia bertemu kembali dengan dua orang pemuda yang mengejarnya sewaktu dalam perjalanan menuju Basrah. Kejar-kejaran terjadi kembali. Rabiah kembali merasa ketakutan dan kebingungan mencari tempat berlindung dari kejaran dua penjahat tersebut. Dan lagi, Rabiah beruntung karena diselamatkan oleh seorang perempuan dan memintanya bersembunyi di rumahnya. Dan kurang beruntung yang kedua kalinya bagi pemuda penjahat yang mengejar Rabiah. Di dalam rumah wanita itu Rabiah sangat senang karena telah diselamatkan. Begitu juga wanita itu merasakan senang, karena ternyata wanita yang menyelamatkannya adalah istri dari orang yang membujuk Rabiah sewaktu di pusat kota Basrah. Tak lama setelah Rabiah masuk rumah wanita itu, datanglah suami wanita itu dengan merasa senang juga akhirnya mendapatkan orang yang dikejarnya sebagai budaknya. Di dalam rumah itu, Rabiah menunjukkan dirinya sebagai orang desa yang jarang melihat perhiasan serta makanan yang lezat. Rabiah menghampiri tumpukan gaun-gaun yang indah milik wanita itu. Dengan segera niat busuk semakin kuat. Wanita pemilik rumah itu segera mengatakan kepada Rabiah bahwa gaun-gaun indah itu bisa jadi miliknya asalkan mau menjadi putri angkatnya. Tanpa berpikir panjang Rabiah menyetujui penawaran (bohong) pemilik rumah. Beberapa hari Rabiah ada di dalam rumah itu dengan dimanjakan gaun indah serta makanan yang lezat. Suatu ketika Rabiah dalam keadaan cintanya memakai gaun yang indah dia sambil bernyanyi menunjukkan kebahagiaan hatinya. Tidak diketahui oleh Rabiah ternyata sedang disaksikan diam-diam oleh suami wanita pemilik rumah. Laki-laki itu sebenarnya kagum atas keindahan suara Rabiah, namun kekagumannya terpikirkan olehnya akan menghasilkan uang yang banyak andai Rabiah mau bernyanyi di depan para saudagar Basrah. Apalagi laki-laki itu mengetahui bahwa nyanyian Rabiah seakan merindukan seorang laki-laki sebagai pendamping hidupnya. Setelah Rabiah bernyanyi, sang pemilik rumah (laki-laki) membujuk Rabiah agar mau bernyanyi di tempat para saudagar Basrah berkumpul. Mendengar kata saudagar Basrah, Rabiah langsung bertanya apakah di tempat itu ada Ishomuddin yang menyaksikannya dan dijawab dengan kebohongan bahwa dia akan dibawa bernyanyi di depan Ishomuddin dan akan dipertemukan dengannya. Mendengar jawaban yang meyakinkan itu, Rabiah menyanggupi ajakan laki-laki itu serta mempersiapkan dirinya menuju tempat berkumpulnya para saudagar Basrah. Ibu angkatnya mendandani Rabiah dengan gaun yang indah serta perhiasan dan penampilan yang membuat Rabiah semakin cantik. Dengan berdebar dan senang hatinya, Rabiah merasa benar-benar akan dipertemukan dengan lelaki idamannya Ishomuddin. Berangkatlah ia ditemani laki-laki yang mengaku menjadi ayah angkatnya. Dan memang benar, Rabiah dibawa ke tempat para saudagar Basrah berkumpul mendengarkan para wanita-wanita cantik bernyanyi atau bersyair. Pemilik tempat itu adalah saudagar Basrah yang bernama Khalil. Sebelum Rabiah diminta bernyanyi, dia ditempatkan di belakang pintu tempat utama namun masih bisa melihat kerumunan saudagar dari jendela. Penampilan pertama malam itu adalah istri dari Khalil sendiri yang bernama Dalaal. Ketika Dalaal keluar dan brada di tengah-tengah saudagar Basrah segera ia bersyair dan bernyanyi. Namun sayang suwaranya bukan membuat para saudagar melayang tetapi malah banyak yang menahan perutnya supaya tidak sampai tertawa keluar terbahak-bahak. Tidak terkecuali Rabiah, ia sendiri merasa geli mendengar suwara Dalaal. Namun sayang, Rabiah tidak bisa menahan ketawanya sehingga ia di belakang pintu tertawa lepas hingga terdengar oleh sang pemilik tempat, Khalil. Khalil merasa tersinggung dan sedikit marah meminta orang yang menertawakannya supaya keluar dan menantang apakah suwaranya lebih baik ataukah lebih buruk dari Dalaal. Tak kuasa menahan tawa yang cukup menggelikan, mulut Rabiah terbuka sehingga terdengarlah tawanya dari balik ruangan utama di belakang pintu sampai di ruang utama tak terkecuali Khalil sang pemilik tempat. Segera Khalil berdiri naik pitam sambil memasang wajah yang sangat marah meminta perempuan yang menertawakan Dalaal untuk menggantikannya bernyanyi dengan ancaman apabila tak lebih baik dari Dalaal maka akan mendapatkan siksaan. Entah mungkin begitu tak sedapnya suara Dalaal sehingga membuat Rabiah tetap tertawa meski mengetahui bahwa Khalil sangat marah. Dengan sedera Bapak angkat Rabiah yang mengantarkannya menghampiri Rabiah dan menurutnya ini saat yang tepat untuk menunjukkan kemampuannya. Rabiah bersedia maju ke hadapan Khalil dan para saudagar lainnya untuk bernyanyi menggantikan Dalaal yang ditertawakan banyak orang. Ditutuplah wajah Rabiah yang cantik mengunakan kerudungnya kemudian digiring oleh sang Bapak angkat ke ruang utama. Khalil semakin penasaran siapa gerangan yang dengan tidak terpuji berani menertawakan Dalaal. Diperintahkannya Bapak angkat untuk membuka kerudung yang menutupi wajah Rabiah dan dengan segera pula dilaksanakannya. Ketika kerudung itu terbuka maka terlihatlah wajah Rabiah yang cantik dan menawan. Semua yang hadir ditempat itu sempat terperangah melihat kecantikan gadis ini tidak terkecuali Khalil, hanya saja Khalil masih memendam amarah dan tidak yakin kepadanya apakah mampu lebih baik dari Dalaal. Khalil segera memerintahkan untuk bernyanyi dan memperkenalkan diri. Diperkenalkan oleh Bapak angkatnya bahwa gadis ini bernama Rabiah anak angkatnya. Ketika semua terdiam, mulailah Rabiah bernyanyi dengan sangat percaya diri (di dalam film ini disuarakan oleh Ummu Kultsum yang bersuara indah). Subhanallah, tidak hanya kecantikan wajah Rabiah yang membuat semua orang yang hadir disitu takjub kepadanya, tetapi suara indah nan merdunya juga seakan menghipnotis mereka ditambah lagi syair yang dibawakannya cukup indah jauh labih baik dari Dalaal. Tak satupun orang yang hadir ingin meninggalkan tempat itu hanya karena ingin mendengarkan Rabiah bernyanyi sampai usai. Di tengah-tengah Rabiah bernyanyi, dia teringat Bapak angkatnya mengatakan bahwa salah satu saudagar yang hadir di tempat itu adalah Ishomuddin sang pujaan hatinya, namun hingga nyanyian selesai dibawakannya tak kunjung jua Rabiah melihat wajah Ishomuddin. Sangat disayangkan juga oleh para saudagar yang hadir karena keindahan suara dan syair yang dibawakan Rabiah hanya sekali saja dan langsung dihentikan oleh Bapak angkatnya sambil menutup kembali wajah Rabiah dengan kerudungnya dan diminta untuk kembali ke balik pintu. Dari balik pintu Rabiah masih mengintip saudagar yang hadir barangkali disana hadir Ishomuddin, namun untuk keduakalinya Rabiah mencari Ishomuddin dia tersadar bahwa telah ditipu oleh Bapak angkatnya. Kekecewaan Rabiah belum disampaikan ke Bapak angkatnya tapi malah kabar mengejutkan saat itu membuat hati Rabiah semakin terluka karena sang Bapak angkat mengumumkan di tengah-tengah para saudagar yang masih penasaran dengan Rabiah bahwa telah menjadikannya sebagai barang lelang yang diperebutkan oleh para saudagar Basrah. Rabiah tak percaya Bapak angkatnya melelangnya ke para saudagar Basrah, Rabiah menangis, Rabiah bersedih, meratapi nasibnya yang merasa dipermainkan apalagi ternyata Ishomuddin yang dijanjikan ternyata tidak dilihatnya diapun pulang tanpa mau mengetahui siapakah saudagar yang akan memilikinya nanti. Inilah kesedihan pertama di Basrah yang dialami Rabiah. Harga lelang pertama dibuka sebesar 500 dinar banyak yang menyanggupi maka ada yang mau menggantinya 800 dinar. Sahut-sahutan saling menaikkan harga demi Rabiah terjadi. Khalil ternyata tak mau kalah, ia ikut meramaikan lelang Rabiah dengan memberikan harga tertinggi yakni 5000 dinar. Para saudagar yang lain seakan tak mau lagi menaikkan harganya. Ketika lelang akan segera diputuskan milik Khalil, tiba-tiba dari ruangan lain ada yang berteriak “7000 dinar”. Semua langsung mengarahkan pandangannya kepada pemilik suara itu yang ternyata adalah Ishomuddin. Ishomuddin memang datang terlambat tetapi dia masih sempat melihat Rabiah bernyanyi meskipun hanya pada bagian akhirnya saja. Khalil tak mau kalah lagi, dia menaikkan harga menjadi 10.000 dinar dan yakin harga itu tidak akan ada yang mampu melebihi lagi. Ternyata salah, Ishomuddin menutup harga terakhir demi Rabiah sebesar 20.000 dinar. Usai sudah pelelangan panjang malam itu. Khalil mengaku tak berani menaikkan harga lagi dan memberi selamat kepada Ishomuddin yang dianggapnya sekarang lebih kaya darinya namun Ishomuddin bukan tipe orang yang sombong, dia hanya mengatakan malam itu adalah sedang beruntung saja. Perkumpulan segera bubar karena sudah terlalu larut malam. Khalil sangat kecewa kalah dalam perebutan Rabiah, Ishomuddin tak pernah kecewa dengan 20.000 dinarnya karena Rabiah telah didapatkannya, bagaimana nasib Rabiah sendiri di rumah yang sudah pulang terlebih dahulu???? Rabiah menangis tak percaya. Orang yang selama ini dianggap sebagai ayah angkatnya ternyata telah menjadikan dirinya sebagai budak yang menghasilkan uang. Sebelum mengetahui siapakah saudagar Basrah yang berhasil mendapatkannya, Rabiah pergi pulang meninggalkan tempat para saudagar Basrah berkumpul. Sesampai dirumahnya, ia tetap bersedih dan menangis serta mengadu ke Ibu angkatnya. Bukan jawaban pembelaan yang didapat justru penguatan bahwa sebenarnya dia hanya dijadikan barang yang dapat menghasilkan uang. Sungguh malang nasib Rabiah, kehidupan yang damai dengan keperluan yang tercukupi hanya tipuan belaka dan keesokan harinya mau tidak mau akan menjadi milik orang lain. Bermacam-macam pikiran yang menyusahkan membuat Rabiah terus menangis. Ketika ayah angkatnya datang, Rabiah tetap memohon agar dirinya tidak jadi dijual ke orang lain namun malah mendapat bentakan dari ayah angkatnya agar diam dan menurutinya, dan besok dia harus bersiap-siap angkat kaki dari rumahnya. Keesokan harinya, Rabiah tetap bersedih dan menangis. Apalah guna tangisan itu karena tidak membuat ayah angkatnya iba dan turut bersedih. Dipaksalah Rabiah mengikuti ayah angkatnya untuk diserahkan kepada saudagar Basrah yang belum diketahui oleh Rabiah siapakah saudagar tersebut. Sesampai di rumah tuannya yang baru dia diserahkan kepada istri pertama saudagar barunya yang bernama Aliyah. Rabiah kembali menangis ketika ayah angkatnya meninggalkannya dan menyerahkannya ke Aliyah namun ayah angkatnya tak peduli sama sekali atas kesedihan hati Rabiah. Rabiah memohon kepada Aliyah untuk membebaskan dirinya dan menjelaskan sebenarnya dia hanya korban kelicikan ayah angkatnya. Ternyata sia-sia, Aliyah pun tak peduli atas ratapan dan permohonan Rabiah. Ketika itu pula terdengarlah suara tuan Rabiah yang baru dan memanggilnya serta menyambut kedatangannya. Ketika Rabiah menoleh ke arah suara yang memanggilnya sungguh tidak dapat dipercaya bahwa tuannya yang baru ternyata Ishomuddin yang selama ini menjadi pria idaman dan yang dicarinya di Basrah. Sebenarnya Ishomuddin sendiri sangat mengharapkan kehadiran Rabiah di rumahnya setelah pertemuan pertamanya yang menyelamatkan dirinya dari hadangan perampok (kisah-1). Karena itulah Ishomuddin berani mempertaruhkan 20.000 dinar untuk mendapatkan Rabiah. Kebimbangan masih menyelimuti hati Rabiah karena dia tidak ingin dijadikan di rumah Ishomuddin berkedudukan sebagai budak. Segera Rabiah berlari menghampiri Ishomuddin seraya berharap dan memohon kepada Ishomuddin agar dirinya di rumah itu tidak sekedar menjadi budak tetapi menjadi seorang perempuan yang merdeka dan menjadi istri yang sah. Ishomuddin menyanggupi permintaan Rabiah dan berjanji menjadikan Rabiah sebagai istri sahnya. Begitu senang hati Rabiah mendengar jawaban kesanggupan Ishomuddin. Di lain sisi, Aliyah sebagai istri pertama Ishomuddin mulai merasakan kebencian bukan hanya terhadap Ishomuddin tetapi juga terhadap Rabiah namun kebenciannya disimpan dalam hatinya, tak sampai memperlakukan Rabiah secara kasar. Serasa mimpi yang menjadi kenyataan, Rabiah akhirnyapun benar-benar menjadi istri sah Ishomuddin. Bagaikan seorang ratu yang sangat bahagia, sehari-harinya selalu berada di dekat Ishomuddin meskipun di belakangnya ada Aliyah yang cemburu atas perlakuan yang menurutnya lebih menyayangi Rabiah apalagi melihat Rabiah yang lebih muda dan lebih cantik dari dirinya. bersambung di kisah selanjutnya…… Ternyata yang merasakan kecemburuan bukan hanya Aliyah, tetapi Khalil (orang yang memiliki tempat para istri saudagar bernyanyi) juga merasa iri kepada Ishomuddin yang berhasil mendapatkan Rabiah. Semakin lama melihat kemesraan Rabiah bersama Ishomuddin semakin bertambah pula kebencian khalil. Karena itu Khalil membuat siasat dan memanggil para pengikutnya untuk membuat Ishomuddin celaka dan dapat merebut Rabiah menjadi miliknya.