Bismillah

Bismillah
AWAL PERMULAAN YANG BAIK

Sabtu, 24 Desember 2016

Asy-Syahid Izzuddin Al-Qassam



Inilah pejuang kemerdekaan Masjidil Aqsha dan Palestina yang bukan orang Palestina, melainkan orang Suriah, yang namanya diusung oleh para Mujahidin di Gaza yang kita kenal sebagai Brigade Asy-Syahid Izzuddin Al-Qassam kini.
(Meski ada yang beranggapan bahwa) efek nyata perlawanan bersenjata yang diawalinya tidak besar, namun tak dapat dipungkiri bahwa kemampuannya memobilisasi massa, menyadarkan ummat, mempersiapkan pasukan dan mengorganisir perlawanan lalu ditutup dengan syahidnya beliau (Insya-Allah) yang menyalakan revolusi Palestina tahun 1936 tetap menjadi inspirasi perlawanan sampai hari ini.
Dalam diri Al-Qassam menyatu beragam sifat yang membentuk karakternya. Dia “kepala sekolah” madrasah perjuangan yang menginspirasi gerakan perlawanan nasional Palestina sejak masih tinggal di Haifa selama sekitar 15 tahun, sampai syahidnya (Insya-Allah) tahun 1935.
Syaikh Izzuddin Abdul Qadir Mustafa Yusuf Muhammad Al-Qassam lahir tahun 1882 di Suriah, tepatnya di Jabaliyah selatan Latakiyah, dan hidup dalam lingkungan keluarga yang taat. Ayahnya mendirikan Kuttab tempat ia mendidik anak-anak kecil belajar dasar-dasar Qira’ah dan hafalan Al-Quran.
Di usia 14 tahun bersama saudara laki-lakinya, Izzuddin berangkat ke Mesir untuk mendalami Ilmu Syariah di Universitas Al-Azhar. Selama di Mesir Izzuddin banyak terpengaruh oleh pemikiran Muhammad Abduh dan gerakan nasionalisme yang aktif melakukan perlawanan kepada penjajah Inggris sesudah Revolusi Arab mengalami kegagalan.
Bagi Al-Qassam, Inggris musuh pertama Palestina. Oleh karenanya dia gencar menyerukan perlawanan terhadap gelombang masuknya imigran Yahudi ketika itu. Dia terus mengingatkan untuk bersatu dan mengesampingkan perpecahan dan perselisihan.
Satu hal yang selalu dinyatakannya: Jihad adalah jalan satu-satunya untuk mengakhiri mandat Inggris dan mencegah berdirinya negara Zionis di tanah Palestina. (Ini ditegaskannya di saat) perjuangan bersenjata dianggap anti-mainstream bagi gerakan nasional Palestina.
Pada tahun 1903 Syaikh Al-Qassam kembali ke Jabaliyah dan menyibukkan diri untuk menghafal dan mengajar Al-Quran di Kuttab milik ayahnya. Dia kemudian menjadi imam Masjid Al-Mansury di Jabaliyah. Dari sana kemudian dia dikenal dengan khutbahnya yang menyentuh.
Al-Qassam pernah memimpin demonstrasi solidaritas untuk rakyat Libya yang tengah berjuang melawan penjajah Italia. Dalam aksi itu dia memobilisasi 250 relawan yang siap diberangkatkan membawa bantuan. Akan tetapi, pemerintahan Utsmaniyyah melarang mereka berangkat.
Al-Qassam sempat pindah ke desa Hifah di daerah pegunungan untuk membantu Umar Al-Bathar yang saat itu tengah melakukan Revolusi Gunung Sion (1919-1920). Setelah revolusi itu mengalami kegagalan dan Umar Al-Bathar dihukum mati oleh penjajah Perancis, secara diam-diam di tahun 1921 Al-Qassam bersama rekan-rekannya kembali ke Palestina.
Kehidupannya sebagai pejuang dimulai di tahun 1922 sejak menjadi guru Madrasah Islamiyyah di Haifa. Selain menjadi guru Al-Qassam juga diangkat menjadi imam dan khatib Masjid Istiqlal. Kemudian di tahun 1926 dia bergabung dengan sebuah organisasi pemuda Muslim di Haifa dan sempat menjadi ketuanya. Di tahun 1929 Al-Qassam ditunjuk sebagai perwakilan Mahkamah Syar’iyyah. Posisi itu menyebabkan dia sering mengunjungi kampung-kampung sehingga masyarakat mengenalnya dan begitu sebaliknya.
Al-Qassam hidup membaur bersama para petani yang terlantar di Haifa; mengajari mereka ilmu agama serta mengikis kebodohan yang melekat pada diri mereka selama ini. Rakyat menghargainya karena perannya sebagai guru itu.
Selain itu, secara luas dia aktif berceramah di masjid-masjid Palestina Utara tempat berkumpul para petani, mengajak mereka terlibat dan menyiapkan diri untuk berjihad melawan penjajahan Inggris.
Dari tarbiyyah intensif yang dilakukannya, terkumpul tidak lebih lima orang yang siap menjemput syahadah bersamanya. Pada tahun 1932 dia bergabung dengan cabang Partai Istiqlal di Haifa. Lalu dia mengumpulkan bantuan dari keluarga-keluarga di Haifa untuk membeli senjata.
Namun Al-Qassam tidak lalu tergesa-gesa mengumumkan revolusi. Dia meyakini perlunya menyempurnakan persiapan dan menyusun strategi. Oleh karena itu, dia menolak memulai revolusi terang-terangan sesudah tragedi Buraq tahun 1929, sebab dia yakin waktunya belum tepat.
[Yang disebut tragedi Buraq adalah kerusuhan besar karena orang-orang Yahudi menguasai kawasan Barat Masjidil Aqsha yang mereka sebut sebagai Tembok Ratapan, padahal ini adalah Tembok Buraq tempat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam menambatkan tunggangannya di malam Isra’ dan Mi’raj. Tembok ini adalah bagian dari Masjidil Aqsha. Lebih dari 400 Yahudi dan Muslim Palestina tewas dalam bentrokan-bentrokan ketika itu.]
Situasi di tahun 1935 berubah begitu cepat. Penjajah Inggris semakin memata-matai pergerakan Al-Qassam di Haifa sehingga memaksanya pindah ke pedesaan. Dia lalu menetap di wilayah Jenin untuk memulai gerakan bersenjata. Diutuslah beberapa da’i ke warga desa untuk menjelaskan tentang tujuan revolusi serta mengajak mereka berjihad. Sebagian besar dari mereka menjawab seruan itu.
Penjajah Inggris akhirnya menemukan markas Al-Qassam di desa El-Barid pada tanggal 15 November 1935, tetapi Al-Qassam bersama 15 pengikutnya berhasil lolos ke desa Sheikh Zaid. Pada tanggal 19 November 1935 malam serdadu Inggris berhasil mengepung Al-Qassam dan memutus kontak dengan tetangga desa lalu memerintahkannya untuk menyerah.
Al-Qassam menolak menyerah. Lalu terjadilah kontak senjata dan 15 orang serdadu berhasil dibunuh. Pertempuran yang tidak seimbang itu berlangsung selama enam jam. Syaikh Al-Qassam dan beberapa pengikutnya gugur. Sebagian yang lain terluka dan ditawan.
Gugurnya Al-Qassam, seorang Suriah yang mencintai Palestina, berdampak besar dan diikuti oleh pecahnya revolusi tahun 1936. Inilah titik bangkitnya Gerakan Nasional Palestina. Pada tahun 1987, lahirlah Brigade Izzuddin Al-Qassam – pelanjut jihad melawan penjajah ‘Israel’ hingga saat ini.* (Aljazeera.net | Sahabat Al-Aqsha/Dul)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar